Sunday 2 January 2011

Media Pembelajaran

        Media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar”,  yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran sedikit berbeda dengaan Alat Peraga Pembelajaran. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
    Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
       Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

     Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

Related Post :

Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli


Berikut ini saya sajikan beberapa alamat webs site yang berhubungan dengan pengertian media pembelajaran : 

 

LISTYO YUDHA IRAWAN: Pengertian Media Pembelajaran Menurut ...


 ... Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) ...
listyo-geografi.blogspot.com/.../pengertian-media-pembelajaran-menurut.html 
 

Pengertian Media Pembelajaran | Media Grafika

 ... Banyak pakar yang memberikan pengertian media pembelajaran. ... Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan ... Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh ...
media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran 



Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli | Episentrum ...

Hasil pencarian psikologi : pengertian media pembelajaran menurut para ahli ... seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat (Diktentis ...
episentrum.com/.../pengertian%20media%20pembelajaran%20menurut%20para%20...


Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli | All Reviews

Free Download Manual for pengertian pembelajaran menurut para ahli ... pengertian kemampuan menurut para ahli pengertian media menurut para ahli ...
realish.net/web/pengertian-media-pembelajaran-menurut-para-ahli


Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli - JEVUSKA

Artikel pengertian media pembelajaran menurut para ahli di situs ini gratis 0. Download pengertian media pembelajaran menurut para ahli print for free from ...
www.jevuska.com/.../pengertian+media+pembelajaran+menurut+para+ahli.html -
 

Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli | Pendidikan ...

pengertian media pembelajaran menurut para ahli pada situs lain: ... pengertian pembelajaran demonstrasi menurut para ahli Manual Free . ...
kafeilmu.co.cc/.../pengertian-media-pembelajaran-menurut-para-ahli.html


pengertian pembelajaran menurut para ahli manual PDF Download

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AKSARA JAWA DENGAN MACROMEDIA FLASH MX ... pengertian teori pembelajaran menurut para ahli olahraga ...
html-pdf-converter.com/.../pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-manual.html


The pengertian pembelajaran menurut para ahli manual Guide

....kedua ini menuntut guru atau ahli media untuk merancang ... dalam pembelajaran dengan pengertian bahwa setiap ... Prosedur pengembangan pembelajaran menurut ...
theguidedb.com/the-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-manual-guide.html


pengertian pembelajaran menurut para ahli manual PDF Download

Download pengertian pembelajaran menurut para ahli manual PDF. ... Perguruan Pendayagunaan Media Pembelajaran Kalau gurunya seorang yang ahli berceritera, ...
bookmarks2.com/.../pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-manual.html 


Definisi Media Pembelajaran | Definisi | Pengertian

... Arti, Istilah, Definisi Menurut Para Ahli, Pengertian Menurut Pakar, ... Pengertian Media Pembelajaran Schramm (1977) mengemukakan bahwa ...
definisi-pengertian.blogspot.com/.../definisi-media-pembelajaran.html    

Saturday 1 January 2011

Alat Peraga Fisika

Pusat Alat Peraga Terlengkap ( dari TK, SD, SMP, SMU, Politeknik, Universitas dan Umum)

Klik Di sini


Paket DAK SSN SMP dan Alat Peraga Pendidikan


Klik Di Sini


alat peraga pendidikan lab ipa alkes mekanika optika biologi fisika kimia SD SMP SMA SMK UNIVERSITAS.


Lesson Study

       Lesson Study merupakan salah suatu konsep peningkatan kualitas pembelajaran. Lesson Study   pertama kali dikembangkan di Jepang pada awal tahun 1990. Lesson Study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang “jugyokenkyu”, yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian Lesson Study merupakan suatu penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran. Atau dengan pengertian lain, Lesson Study diartikan sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Hendayana dkk, 2006:10).
     Di Indonesia Lesson Study berkembang melalui Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP) yang diimplementasikan sejak  Oktober tahun 1998 di tiga Perguruan Tinggi  yaitu IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI), IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta, UNY) dan IKIP Malang (sekarang menjadi Universitas Negeri Malang) bekerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency). Tujuan umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan Matematika dan IPA di Indonesia. Namun, pada perkembangannya Lesson Study dapat diadaptasi untuk disiplin keilmuan apa pun baik MIPA maupun non-MIPA.
         Pelaksanaan Lesson Study memusat pada aktivitas guru secara kolaboratif dengan sesama guru melalui tiga tahap tahap Plan (merencanakan), tahap Do (melaksanakan), dan tahap See (merefleksi) yang dilakukan secara berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan pendidikan yang tak pernah berakhir.

1.  Tahap Perencanaan

     Tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa. Hal ini dilakukan untuk mendorong siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan tidak dilakukan sendiri tetapi dilakukan secara bersama-sama, dengan kata lain beberapa guru dapat melakukan kolaborasi untuk memperkaya ide-ide. Kolaborasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh guru sesama bidang study dalam satu sekolah saja, tetapi dapat pula dilakukan dengan beberapa guru dalam kelompok profesi guru tertentu seperti MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) atau kolaborasi antar guru dengan dosen atau kolaborasi antar dosen dengan dosen. Dengan demikian terbentuk kolegalitas antara guru dengan guru, guru dengan dosen, dosen dengan dosen, sehingga melalui kegiatan pertemuan dalam rangka kegiatan Lesson Study ini mereka dapat berbagi pengalaman dan terbentuk mutual learning (saling belajar).
     Proses perencanaan dalam Lesson Study diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam     pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bagaimana menjelaskan suatu konsep, dan dapat juga berupa pedagogi tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien atau permasalahan fasilitas mengenai bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran.

2.  Tahap Pelaksanaan
     Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan pembelajaran (Do) sebagai implementasi rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran dan siapa guru yang akan bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Dalam hal ini kepala sekolah dapat terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan sebagai pemandu kegiatan.
   Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefieng kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru dan mengingatkan selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama pengamat. Keberadaan pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan yang terkait dengan empat kompetensi guru sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 tentang guru dan dosen.

3. Tahap Refleksi
         Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See). Setelah selesai proses pembelajaran dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau seorang guru yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran, selanjutnya pengamat menyampaikan komentar terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya.
        Dilihat dari tahap-tahap dalam Lesson Study ada beberapa kegiatan yang mirip dengan kegiatan Lesson Study yang sering dilakukan guru dan dosen secara kolaboratif yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan oleh kelompok guru bidang study tertentu yaitu MGMP (Musyawarah Guru Mata Pealajaran). Apabila dilihat sekilas memang kegiatan tersebut hampir mirip dengan Lesson Study, namun ada beberapa hal mendasar yang membedakan Lesson Study dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maupun dengan kegiatan dalam MGMP.

        Perbedaan Antara Lesson Study, PTK dan Kegiatan MGMP, menurut Lewis and Inverson (dalam Susilo, 2005:11) adalah sebagai berikut :

1. Waktu pelaksanaan Berkesinanbungan sepanjang karier guru Tergantung adanya tawaran dana,PTK jarang  yang melakukan secara berkesinambungan Tergantung adanya dana,MGMP umumnya 10 kali setahun
2.Pelaksana Sekelompok bidang studi yang sama, mengajar tingkatan sekolah yang sama. PTK Guru berkolaborasi dengan dosen atau guru sendiri atau dosen sendiri. MGMP Sekelompok guru bidang studi yang sama, mengajar kelas yang berbeda atau sama
3.Tujuan Meningkatkan pemahaman mengenai bagaimana siswa berfikir agar dapat mengembangkan pembelajaran yang memajukan proses belajar siswa. PTK Meningkatkan praktik pembelajaran. MGMP Mempersiapkan rancangan pembelajaran, memperdalam pemahaman materi pembelajaran
4. Tahap pelaksanaan Berdaur: Merancang berdasar suatu tema penelitian, melaksanakan, mengamati, merevisi rancangan, melaksanakan lagi, mengamati, merevisi rancangan. PTK Berdaur: Merancang, melaksanakan, mengamati, merefleksi, merancang lagi dan seterusnya. MGMP Tidak berdaur, tetapi dirancang apa yang akan dilakukan pada setiap pertemuan
5. Tuntutan komitmen Sepanjang hayat untuk meningkatkan pelayanan terhadap siswa. PTK Seharusnya juga sepanjang hayat, tetapi saat sekarang hanya dilakukan saat ada dananya. MGMP Umumnya setahun saja, dapat diperpanjang kalau memungkinkan
6. Hasil Kumpulan tulisan atau laporan tentang pembelajaran yang dilakukan dalam Lesson Study. PTK Laporan PTK yang menguraikan penerapan tindakan dan hasil penerapannya. MGMP Umumnya rancangan pembelajaran yang dibuat bersama (menekankan pada apa yang dibelajarkan, belum terlalu banyak pada bagaimana membelajarkannya). Pemahaman lebih mendalam mengenai materi


Sumber Bacaan:
Hendayana, dkk. 2006. Leeson Studi: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung: UPI PRESS.

Karim, M. A. 2006. Implementation of Lesson Study for Improving The Quality of Mathematics Instruction in Malang. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics, (Online), Vol.25,
(http://www.human.tsukuba.ac.jp/~mathedu/journal/vol25/karim.pdf, diakses 3 Januari 2009).

Susilo, H. 2005. Kumpulan Makalah dalam Seminar dan Workshop Lesson Study dalam Rangka Persiapan Workshop Kolaborasi FMIPA-MGMP MIPA dan SMA Kota Malang, Lesson Study: Apa dan Mengapa (hlm 1-12). Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.

professional_development.gcsnc.com